Bukan Tata Katanya

Gambar cuman pemanis

Rasa mager menyerang Tata akhir-akhir ini. Makanya  Tata ngomong ke tembok sejak ibunya pergi arisan beberapa waktu lalu biar dia tidak mager lagi. Emang bisa? Yaah, cuman Tata saja yang tahu jawabannya. Hal ini memang gak lazim untuk ukuran  manusia waras. Tapi bakal lazim-lazim aja jika yang melakukannya adalah Tata, seorang wanita muda, punya permata, dan kalau ngomong suka nyeletuk 'ahaa!' secara tiba-tiba. 

Kalau kata ahaa sudah tercipta dari mulutnya, jauh lebih gampang melanjutkan kalimat yang lainnya, itulah alasan Tata ngobrol sama tembok katanya. 

Selain itu Tata juga merasakan kenyamanan ketika bicara ke tembok. Makanya Tata jadi begini. Apa deh? 

*** 

 Gak lama setelah mengalami masa ketidakwarasan itu, Tata jadi gelisah. Sesuatu yang ingin keluar, tapi gak segera dikeluarkan itu memang bikin gelisah.  Sebentar-sebentar ke dapur, lalu balik lagi ke kamarnya, duduk di depan laptopnya yang sering mati sendiri kalau kelamaan menyala, terus balik lagi ke dapur yang sayuran mentah telah berjejer-jejer di meja. Lama-lama aktivitas ini jadi menyita waktu dan perhatian serta pusat konsentrasinya juga. 

Hukum sebab akibat itu berawal dari ketika ibunya pergi ke tempat arisan, ibu berpesan padanya untuk memasak sayur asem. Tapi baru saja sayuran itu dipotong-potong, kepalanya dipenuhi oleh ide-ide buat menulis cerita, dia mau buat dongeng yang bisa diceritakan kepada anak dan cucunya nanti, katanya. Makanya Tata harus segera menuangkan ide itu sebelum lenyap. Tata juga harus segera menjamahh laptopnya biar gak keburu lupa. Tapi....

Bip, bip.... WA dari ibunya muncul lagi. "Taa, udah dimasak sayurnya? Sebentar lagi bapakmu pulang dan pasti mau makan." 

Tata langsung panik. Jadilah Tata bolak-bolak ke dapur dan kamar. Tata udah kayak Bidan yang kepanikan karena pasiennya mau melahirkan. Tata mondar-mandir, yang ujung-ujungnya bikin Tata bingung mau mulai dari mana.

Tata jadi kalap. Setelah salah membawa charger laptop ke dapur, dan malah membawa telenan ke dalam kamar. Terus, Tata juga tiba-tiba menaruh melinjo di atas laptopnya. Tata menepok jidatnya berulang kali. 

Terkadang sesuatu yang tak terduga itu sering kali terjadi. Jadi begini. Saat Tata lagi sibuknya bolak-balik antara kompor dan laptop, Toto pacarnya meneleponnya.

"Darling, jalan-jalan, yuukkk?"

Tata meradang. "Apaaa? Kamu gak lihat aku masak sambil ngetik?"

Toto bingung mendapat dampratan tiba-tiba dari Tata. Ya jelas lah Toto gak lihat Tata lagi ngapain. Lawong Toto cuma bisa denger suaranya doang kok. Tapi setelah mendengar keluhan Tata, Toto pun merasa iba dan berusaha untuk menghibur.

"Wah, kamu hebat ya. Masak sambil ngetik. Gak sekalian sambil mandiin adikmu atau nyetrika sambil betulin genteng gitu? Hehe." Toto berchanda. "Tenang, Darling. Aku akan ke sana bantuin kamu ya. Aku kan jago masak. Kamu terusin aja ngetiknya."

Tata sedikit lega mendengar niat baik Toto. Tata semakin semangat membuang tetek-bengek yang mengumpul di otaknya menjadi sebuah tulisan indah. Jemarinya gantayangan di keyboard laptopnya. Namun, tunggu ditunggu, Toto gak muncul juga. Tata kesal luar bisaa. Tata kirim WA ke nomor Toto bertubi-tubi.

“Totooo, kamu di mana”

“Totooo, katanya mau bantuiiiinn?”

“Ahaaaa! Ngeselin si. Pasti kamu lagi main karet gelang sama cewek-cewek tetanggamu itu kan? Woy Totooooo ....”

Baru saja muncul pesan terkirim di hp Tata. Panggilan masuk dari nomor Toto, yang bilang dia sudah di depan rumahnya. Pas Tata buka pintunya, batang hidung Toto pun nongol, persisi dengan jenggotnya yang cuman beberapa gelintir. 

“Wew. Pedes banget tuh omongan. Udah kayak sambel terasi buatan tanteku  aja,”  kata Toto.

Tata jadi gak enak sudah menuduh Toto yang enggak-enggak.

“Aku udah di depan pintu rumah kamu nih. Buruan bukain pintu gih!”

***


Bakalan kelewatan banget kalau Tata membiarkan Toto masak sendirian di dapur. Makanya dengan pertimbangan yang cukup matang, Tata memutuskan untuk menemani Toto. Tata membawa laptop ke dapur. Lebih tepatnya Tata mengetik di dapur. 

“Kita udah berasa suami isteri ya, Darling!” Toto malah menghayal.

Tata tersentak mendadak. “Waduh, palakmu bentol? Suami isteri …, kayak apa aja.”

“Laki-laki dan perempuan, yang tinggal di rumah yang sama apa dong namanya kalau bukan suami-isteri?” ujar Toto mengerjapkan matanya tanpa merasa bersalah.

“Seharusnya yang jadi pertanyaan itu kamu bisa masak apa enggak, gitu! Udah buruan deh masaknya. Keburu bapakku pulang juga!” Akhirnya Tata meluapkan kekesalan hatinya.

“Weits, nyantai dong sayaaang. Serahkan saja semua ini kepada Toto. Aku mah udah lama terjun ke dunia masak-memasak begini. Apalagi memasak cintaku padamu, Darling!”

“Idih, ngegombal siang-siang bolong." Tata sebel. "Ahaa! Aku jadi yakin nih, pasti masakan kamu kali ini bakalan enak, deh. Orang ngeliatin muka kamu aja udah enak gitu kok. Apalagi nyicipin masakannya, kan?” Tata terkekek dengan kalimatnya sendiri, agak geli juga baginya mengatakan itu. 

Toto langsung besar kepala. “Oh, ya iyalah. Toto gitu loh! Eh yang barusan itu kamu ngegombalin aku ya?”

“Ahaaa! Emang cuman kamu doang yang bisa ngegombal? Aku juga bisa kali, Coy. Ini kan jamannya emansipasi.”

Dua sejoli yang namanya hanya dibedakan pada huruf vokalnya  ini memang cukup lihay untuk saling menggombal. 

Tiba saat ibu dan bapaknya Tata pulang. Toto sudah balik ke rumahnya. Tata masih berkutat dengan laptopnya sambil sesekali masih ngomong ke tembok.

Masakan udah mateng. Tata udah bisa anteng. Bapaknya sempat bilang. “Tumben masakan kamu enak, Ta!”

Tata hanya tersenyum simpul. Dalam hati Tata memekik. Itu yang masak Toto, Pak, bukan Tata.

***


Bukan cerita sebenarnya


Hadi

Halo, saya Hadi. Terimakasih telah berkunjung ke blog ini. Jangan lupa tinggalkan jejak, agar saya dapat mengunjungimu balik.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama