Arpi Mencari Bakat dan Petualangan 30 Fabel
Suatu hari di notifikasi WhatsApp, aku membaca sebuah pengumuman lomba menulis fabel dari Sip Publishing. Temanya langsung mencolek sisi kanak-kanakku yang tak pernah benar-benar mati: dongeng! Bukan sembarang dongeng, tapi dongeng fabel—kisah tentang hewan yang bisa berbicara, tertawa, menangis, bahkan berfilosofi seperti manusia. Akhirnya, aku ikut serta. Dan tak kusangka, cerita yang kutulis "Belalang yang Membangkang" masuk ke dalam buku antologi ini, bersama 29 kisah luar biasa lainnya.
Buku ini diberi tajuk dari karya Deliadel, "Arpi Mencari Bakat", yang berhasil masuk 20 besar pilihan editor. Judulnya manis, sekaligus mengundang rasa penasaran. Siapa itu Arpi? Apa bakatnya? Kenapa dia harus mencarinya? Dan seiring membuka halaman demi halaman, aku sadar: buku ini bukan sekadar kumpulan cerita hewan, tapi potret mini kehidupan manusia yang dikemas dalam imajinasi, petualangan, dan pelajaran berharga.
Bakat, Hujan, dan Belalang yang Keras Kepala
Sebelum bicara panjang lebar soal teman-teman kontributor yang super kreatif, izinkan aku sedikit bercerita tentang karyaku sendiri. Judulnya, Belalang yang Membangkang. Tokohnya adalah seekor belalang yang merasa dia berbeda. Dia tak suka melompat-lompat seperti temannya, tak suka menari di bawah sinar matahari, dan bahkan menganggap lagu jangkrik itu membosankan. Ia membangkang karena merasa dunia harus mengikuti caranya, bukan sebaliknya.
Lewat cerita ini, aku ingin menyampaikan keresahan yang juga kurasakan sebagai guru dan sebagai manusia biasa: tentang anak-anak (atau orang dewasa) yang kadang merasa asing dalam lingkungannya, tapi tak tahu bagaimana cara menyampaikannya. Cerita ini bukan sekadar tentang seekor belalang, tapi tentang kita—yang pernah keras kepala, lalu belajar dari luka, lalu pelan-pelan tumbuh.
29 Cerita Lain yang Sama Menggugahnya
Namun tentu saja, aku bukan satu-satunya penulis dalam buku ini. Ada 29 penulis lain dengan cerita yang unik, hangat, dan menggigit. Setiap judul seperti pintu masuk ke dunia yang lain, lengkap dengan warna, aroma, dan pesan moralnya masing-masing.
Misalnya, kisah Deliadel yang jadi highlight buku ini: Arpi Mencari Bakat. Arpi ini jika dilihat dari covernya, sepertinya seekor tupai yang merasa semua makhluk di hutan punya kelebihan—kecuali dirinya. Cerita ini mengingatkanku pada masa kecil saat kita semua pernah bingung: "Aku ini jagonya apa sih?" Dengan gaya bertutur yang lembut dan ending yang menyentuh, kisah Arpi akan membuat anak-anak tersenyum, dan orang dewasa sedikit meneteskan air mata (meski pura-pura garuk mata biar gak malu).
Lalu ada Kini, Tasi Tak Sedih Lagi karya Gustiyanti—kutebak mengangkat cerita tentang tokoh yang tadinya murung, namun menemukan alasan untuk kembali bahagia. Tiko Si Ratu Toktok dari Hadeka yang penuh kejutan, serta Raja Ogi dan Hujan Badai dari Haila Sabrina yang terasa seperti legenda rakyat modern.
Satu kisah yang membuatku ngakak adalah Wus! Wuuusss! dari Hamidah Jauhary. Judulnya saja sudah bikin penasaran, dan ceritanya? Segar, cepat, dan lucu! Pas untuk anak-anak yang suka bacaan ringan tapi tetap bermakna.
Kemudian ada cerita-cerita filosofis seperti SalMon, Kara, dan Mimpinya karya Hervian Rarassandy yang menyentuh tema mimpi dan identitas, atau Turun dari Pohon, Drako! dari Ida Purwanti yang membawa tema keberanian keluar dari zona nyaman, bahkan bagi seekor naga pohon.
Aku juga sangat suka dengan Bangau Agami Penyendiri dan Sarangnya oleh Ifah36, yang secara halus mengangkat tema tentang kesendirian yang bukan berarti kesepian. Atau Kukun Yang Pemaaf dari Iin Jeffry—pesan tentang memaafkan yang disampaikan lewat karakter landak yang... yah, berduri, tapi hatinya lembut.
Dan jangan lupa Popi Si Bebek Kecil Yang Tersesat dari Iis Sri Astuti—cerita klasik yang dikemas dengan gaya baru dan sangat cocok untuk anak-anak usia dini yang sedang belajar mengenal dunia.
Buku Dongeng yang Cocok untuk Semua Usia
Meski buku ini ditujukan untuk anak-anak, aku percaya buku ini akan memberikan nilai tambah bahkan untuk orang dewasa. Kadang, kita terlalu sibuk jadi orang tua, guru, atau orang dewasa pada umumnya, sampai lupa bahwa kita pernah punya masa kecil yang penuh imajinasi dan pertanyaan tanpa akhir. Buku ini seperti mesin waktu yang bisa mengajak kita kembali ke masa itu, bahkan hanya untuk sebentar.
Setiap cerita di dalamnya membawa nilai-nilai penting: keberanian, kejujuran, kesetiaan, pengorbanan, kerja sama, dan tentu saja—pentingnya mengenali diri sendiri. Dan karena bentuknya adalah fabel, pesan-pesan itu tak terasa menggurui. Malah justru mudah dicerna dan membekas dalam pikiran pembaca, terutama anak-anak.
Untuk Siapa Buku Ini?
-
Untuk anak-anak usia 5-12 tahun: buku ini bisa jadi teman baca malam hari, atau bahan cerita di kelas oleh guru TK dan SD.
-
Untuk orang tua dan guru: bisa jadi bahan diskusi ringan bersama anak-anak, sambil menyisipkan pesan moral tanpa ceramah.
-
Untuk penulis pemula: buku ini bisa jadi inspirasi gaya bercerita fabel, melihat bagaimana masing-masing penulis menyampaikan ide sederhana dengan sudut pandang unik.
Sebuah Kolaborasi, Sebuah Kenangan
Sebagai kontributor dalam buku ini, aku merasa terhormat bisa berdiri di antara deretan penulis hebat lainnya. Proyek antologi ini bukan hanya tentang menang lomba atau masuk daftar 20 besar, tapi tentang membangun dunia imajinasi bersama. Setiap cerita punya ruhnya sendiri. Dan melihat nama kita tercetak bersama dalam satu buku adalah kenangan yang tak akan terlupakan.
Di zaman ketika layar gadget lebih menarik dari halaman buku, karya seperti ini menjadi penting. Bukan hanya untuk menghidupkan kembali budaya membaca, tapi juga untuk menyentuh hati—dengan cara paling sederhana dan paling jujur: lewat dongeng.
Penutup
Arpi Mencari Bakat bukan sekadar buku cerita fabel. Ini adalah bukti bahwa kisah sederhana tentang hewan bisa menjadi jembatan yang menghubungkan dunia anak-anak dan dunia orang dewasa. Dan aku, dengan bangga, menjadi salah satu penulisnya.
Jika kamu mencari hadiah untuk keponakanmu, bahan cerita untuk anak muridmu, atau bahkan hiburan ringan untuk hatimu sendiri yang lelah... buku ini bisa jadi teman yang menyenangkan. Dan siapa tahu, kamu juga akan menemukan bagian dari dirimu yang selama ini tersembunyi, lewat kisah seekor belalang, tupai, atau bahkan bangau yang sedang menyendiri.